home

Saturday, October 15, 2011


Belajar dari Para Legenda Hidup

Thursday, October 13th, 2011
oleh : Harmanto Edi Djatmiko

Usia mereka terbilang sepuh, tetapi daya juangnya tetap menyala-nyala. Beberapa dari mereka bahkan sering terlibat aktif dalam operasional bisnis. Mari belajar semangat,passion dan (tentu saja) kearifan bisnis dari para legenda hidup ini.
Anda tentu kenal tokoh bisnis seperti Ciputra, Jakob Oetama dan Moeryati Soedibjo. Anda juga tahu, meski usia mereka terbilang sepuh – Ibu Moeryati bahkan sudah 83 tahun – tetapi jangan tanya semangat hidupnya. Mereka bukan saja masih fasih bersentuhan dengan praktik bisnis nyata, melainkan juga sering tampil sebagai pembicara tangguh di berbagai acara besar. Visi dan pengalaman hidup mereka kerap menginspirasi banyak orang, menembus batas-batas bisnis yang mereka geluti.
Sengaja ketiga tokoh tersebut diangkat sebagai contoh pembuka, karena kebetulan nama mereka terbilang populer di masyarakat. Pak Ci, sapaan akrab Ciputra, selain kondang sebagai Raja Properti, juga terkenal sebagai figur yang sangat peduli sekaligus pemikir dunia kewirausahaan di Tanah Air. Bu Moer, panggilan sayang Moeryati, adalah Ratu Jamu yang sekaligus pelestari budaya warisan nenek moyang. Sementara Pak Jakob yang punya panggilan keren JO, terkenal sebagai Raja Media dan pencetus manajemen multikultur.
Namun jangan salah. Selain nama-nama tersebut, di pentas bisnis nasional, terdapat cukup banyak tokoh bisnis sepuh yang tak kalah energik. Niniek Elia Kasigit, misalnya. Di usianya yang kini 81 tahun, pendiri PT Batik Semar (bersama suaminya, Somadi Kasigit) pada 1947 ini sampai sekarang masih aktif di perusahaan sebagai komisaris utama, meski operasional bisnisnya dikelola generasi ketiga.
Masih di industri batik, ada sosok Santosa Doellah Hadikusumo (70 tahun) dan Danarsih Santosa (65 tahun). Sejoli ini mengawali bisnisnya sejak 1967 dengan berjualan batik door to door, yang akhirnya mengibarkan merek sendiri, Danar Hadi, pada 1968. Meski estafet kepemimpinan Batik Danar Hadi dan anak-anak usahanya telah diserahkan kepada ketiga anaknya, hingga saat ini Santosa masih aktif ke pabrik dan rajin mendesain. Passion-nya yang luar biasa terhadap batik memang tak pernah lekang dimakan waktu.
Sepak terjang kedua tokoh batik sepuh tersebut, Niniek Elia Kasigit dan Santosa Doellah, telah mengharumkan nama Indonesia di kancah fashion global. Sebab, hampir seluruh benua menjadi sasaran empuk ekspor mereka seperti Eropa, Amerika Serikat, Australia dan Asia.
Tokoh bisnis senior lain yang tetap energik di usia sepuh bisa Anda baca sendiri di Tabel. Di situ akan Anda temukan tokoh hebat seperti Pia Alisjahbana (pendiri Grup Femina), Rudy Soetikno (pendiri Grup Dexa Medica), Siti Aminah Abdullah (pendiri Grup Tiga Serangkai) dan sederet tokoh lainnya.
Sungguh bangga sekaligus bahagia melihat orang-orang yang dikategorikan sepuh tersebut masih tetap besemangat mengarungi hidup. Mereka kerap turun tangan langsung menangani bisnis, terutama di saat perusahaan dilanda krisis atau mengalami masa genting. Ini bisa mereka lakukan berkat pengalamannya yang panjang di medan bisnis yang telah menempaleadership dan entrepreneurship mereka. Plus, jejaring bisnis berikut kearifan yang menyertai perjalanan hidup mereka.
Sedemikian bersemangatnya, tak heranlah, daya juang mereka terkadang mampu mengalahkan generasi yang lebih muda. Karakter inilah yang antara lain, mengantarkan para tokoh bisnis sepuh dihormati baik oleh keluarga besarnya maupun masyarakat luas.
Nah, dari para legenda hidup tersebut, dunia bisnis Indonesia bisa belajar perihal semangat,passion sekaligus wisdom bisnis mereka. Dari mereka pula, kita bisa belajar bagaimana mereka mengambil peranan yang tepat dalam pengelolaan bisnis ketika generasi kedua dan ketiga mulai tampil di panggung bisnis. Misalnya, kapan dan bidang apa saja yang mesti diserahkan kepada anak-anak, cucu ataupun profesional. Juga, bagaimana mereka menempatkan posisi yang pas agar figurnya sebagai pendiri tidak membuat kikuk generasi penerus atau profesional yang melanjutlkan estafet bisnisnya.
Tak kalah penting, dari grandma dan grandpa jagoan bisnis itu, generasi penerus bisa mengais kiat bagaimana tetap trengginas di usia senja.
Harmanto Edy Djatmiko
Riset: Sarah Ratna Herni

Wednesday, October 12, 2011


Pelajaran dari Alice in Wonderland

Pelajaran dari Alice in Wonderland
Salah Kaprah Visi dan Misi.
Oleh: A. Cholis Hamzah*)
“Assalamualikum warohmatullahi wabarokatuh!, para hadirin jamaah Mesjid yang kami hormati, tiba saatnya kita dengarkan paparan Visi dan Misi para calon Kades kita…”, demikian bunyi kata pembukaan dari takmir mesjid di kampung saya dalam acara proses pemilihan kepala desa. Salah seorang calon Kades mengatakan: “Visi dan Misi saya nanti kalau jadi Kades adalah membuat persatuan sepakbola di lingkungan kita” sambil berteriak lantang meminta dukungan dari jamaah Masjid yang sebagian besar tidak tahu apa arti Visi dan Misi itu sendiri. Kata Misi dan Visi saat ini sudah menjadi “langganan” setiap orang atau pejabat dalam setiap acara, misalkan dalam rangka menjelaskan program kerja suatu instansi sampai pada acara perkawinan. Kata kata itu sudah seperti kata kunci yang “suci” yang apabila tidak disebut dalam suatu pidato maka seakan ada “bencana” yang akan datang. Kurang afdol kalau kata itu tidak diucapkan. Kalau dulu orang gemar mengucapkan kata-kata seperti: “aman terkendali”, “selaras dan seimbang”, kemudian muncul kata-kata “reformasi”, “transparan”, “akuntabilitas” dsb sekarang mulai trend kata Visi dan Misi itu.
Alice in Wonderland (image by Cea by Flickr)
Tapi apakah kata-kata itu sudah tepat diucapkan sesuai dengan makna sebenarnya?. Dalam sebuah cerita anak-anak “Alice in Wonder Land” dikisahkan bahwa Alice kebingunan mencari jalan karena tersesat di hutan dan didepannya banyak pilihan jalan yang dapat dilalui, maka dia bertanya pada sahabatnya seekor kuncing jalan mana yang harus dia tempuh. Sebelum menjawab kucing tadi bertanya tujuan Alice kemana. Alice menjawab bahwa dia tidak mempunyai tujuan, maka kucing akhirnya menjawab: “Jika engkau tidak tahu kemana, maka jalan mana saja yang akan kamu ambil tidak membuatmu tersesat, toh Alice tidak tahu tujuan kemana dia harus pergi”.
Cita-cita atau impian masa depan seseorang akan kemana tujuannya nantinya itulah yang disebut Visi. Para pendiri Repbulik ini memiliki Visi bahwa mereka sepakat untuk membawa bagsa ini mencapai kondisi masyarakat yang adil dan makmur. Itulah Visi para pendiri bangsa ini. Cita-cita seperti ini perlu disosialisasikan kepada semua pihak dalam suatu organisasi karena seringkali masih bersifat umum. Agar semua orang mengerti cita-cita ini maka perlulah Visi tersebut dibuat secara tertulis yang dikenal dengan apa yang disebut “Mission Statement”.
Dalam perusahaan, misi ini adalah pernyataan yang berkerangka luas, tapi mempunyai ketahanan yang lama. Misi memasukkan falsafah usaha dari para pengambil keputusan strategic dalam perusahaan, menyatakan citra perusahaan yang berusaha di proyeksikan, merefleksi jati diri perusahaan, menunjukkan ruang lingkup usaha, kebutuhan konsumen dsb. Jadi pada dasarnya sebuah Misi itu – kalau dalam sebuah perusahaan adalah pernyataan yang menggambarkan produk /jasa yang dibuat perusahaan, pasar dan ruang lingkup usaha termasuk teknologi yang akan dipakai.
Jadi sebelum sebuah Misi dibuat maka para stakeholders harus menjawab pertanyaan-pertanyaan seperti: produk apa yang akan dibuat, siapa pelanggannya, nilai apa yang bisa diberikan kepada pembeli, bagaimana prospek usaha nantinya dsb. Jadi kalau Jawa Timur ini kita ibaratkan sebagai perusahaan maka Visi dan Misi yang akan dibuat itu harus memenuhi unsur-unsur jawaban dari pertanyaan-pertanyaan diatas.
Perlu diketahui bahwa sebuah Misi itu dibentuk oleh lima unsur penting yaitu pertama, “History” atau Sejarah, setiap perusahaan atau bangsa memiliki sejarah masa lalu, sejarah pencapaian hasil-hasil masa lalu, sejarah tujuan dsb Jadi Misi harus dibentuk berdasar atau dengan melihat nilai-nilai sejarah positif masa lalu yang akan dtuangkan untuk mencapai suatu tujuan. Bung Hatta pernah mengatakan dalam sebuah kongres sarjana ekonomi di Jogja setelah kemerdekaan bahwa bangsa Indonesia ini dibentuk oleh sejarahnya masa lalu, dia tidak dibentuk secara tiba-tiba begitu saja. Kedua, “Current Preference” atau keinginan sekarang dari para pemilik perusahaan baik itu komisaris maupun para manager. Ketiga, “Environmental Factors” atau faktor lingkungan. Sering disebutkan bahwa lingkungan disini dimaksudkan sebagai ancaman dan peluang yang dihadapi. Keempat, “Resources” atau sumber-sumber, bisa sumber alam, modal maupun manusia. Dan Kelima, Distinctive Competence” atau keunggulan khusus yang dipunyai sebuah institusi baik itu negara/propinsi atau sebuah perusahaan. Jawa Timur tidak dapat membuat misi tanpa mengetahui secara jelas keunggulan khusus yang dipunyai. Singapura misalnya sekarang ini mempunyai keunggulan khusus yang lain bila dibandingkan dengan negara-negara tetangganya yaitu sebagai salah satu pusat jasa keuangan dunia atau sebagai negara kota yang terbersih di dunia.
Filosofi suatu institusi – sekali lagi bisa sebuah negara/propinsi atau perusahaan seringkali menjadi salah satu komponen utama dari pembuatan misi itu. Filosofi ini dikenal sebagai “Company Creed” atau kredo perusahaan. Dia adalah sebuah keyakinan dasar, nilai-nilai, dan aspirasi para stakeholder. Akan tetapi dalam prakteknya seringkali filosofi dalam sebuah Misi itu hampir sama dimana-mana dan berisi sesuatu di “awang-awang”. Kadangkala saking “agungnya” filosofi dalam sebuah Misi, justru Misi ini terkesan hambar dan cenderung terkesan “basa-basi”
Dalam pemilihan umum atau Gubernur atau Bupati/Walikota atau Tamir Masjid seharusnya dihindari pembuatan Visi dan Misi yang tidak mengandung unsur-unsur diatas karena hanya akan membuat janji-janji yang sulit di laksanakan dan itu jelek untuk pendidikan politik bangsa ini. Misalkan saja ada Mission Statemen yang mengatakan: “Kalau saya jadi kepala stasiun KA, maka nanti semua bonek pendukung perkumpulan sepakbola tidak perlu membeli tiket alias gratis untuk semua tujuan selama musim kompetisi sepak bola tahun ini”.
Pernyataan Misi seperti itu hampir sulit mendapatkan kepercayaan publik untuk masa sekarang ini, dan tentu tidak berdasarkan lima elemen pembentu Misi diatas. Selain itu para pembuat Visi dan Misi harus mampu membedakan apa itu Visi, apa itu Misi, apa itu tujuan, apa itu falsafah. Kalau tidak, maka seringkali kita dibuat bingung oleh sebuah pernyataan yang tidak tahu kemana arah pembicaraannya, karena “jumbuh” atau overlap antara apa itu Visi dan Misi atau antara apa itu Program dan Proyek. Kalau kita amati dalam setiap pemilihan kepala daerah di propinsi ini maka akan dapat kita lihat bahwa hampir semuanya memuat hal-hal yang sama yaitu sesuatu yang bersifat “se-akan-akan” yang bersifat khayali.
Sekarang ini rakyat semakin cerdas dan rasional dalam menentukan pilihan, tidak bisa lagi didikte atau di paksa. Kalau toh di iming-imingi dengan materi (uang) maka ada yang mau menerimanya namun toh mereka akan tetap melakukan pilihan sesuai dengan hati nuraninya sendiri. Oleh karena itu sekarang ini sering kita saksikan bahwa rakyat menggugat janji “Visi dan Misi” parpol atau pemimpin yang ternyata tidak jelas, hanya ada di awang-awang tadi. Misalkan saja soal pengurusan tanah “Ijo”, soal pengentasan kemiskinan, soal pendidikan yang gratis dsb. Hal ini terjadi karena yang membuat Visi dan Misi itu tidak mengerti variable apa saja yang harus dimasukkan dan variable apa yang melatar belakangi suatu Visi dan Misi itu.
Semoga dalam pemilihan Kepala Daerah di negeri ini semua calon Gubernur atau seluruh “Think Tank”nya yang ada dibelakangnya memahami apa itu sebenarnya Visi dan Misi.
———————————-
*) Drs. Ec. A. Cholis Hamzah, MSc adalah Alumni University of London, Wakil Ketua I Ikatan Alumni FE Unair dan staf pengajar Perbanas, Stiesia Surabaya dan Program MM Unmuh Sidoarjo.

Categorized | EcoBiz

Asia’s Current Booming City

Asia’s Current Booming City
As cities around the world grapple with ongoing financial woes, Jakarta has been able to sustain accelerating economic growth over the past five years.
The city’s administration is now optimistic that growth can reach 7 percent by the end of next year, a plausible target given it is currently running at 6.7 percent.
Agus Suherman, the head of the Jakarta office of the Central Statistics Agency (BPS), said on Wednesday that the administration of Governor Fauzi Bowo and his deputy, Prijanto, had overseen positive growth.
“The rate of inflation, which is not too bad, demonstrates the Jakarta administration’s success in stabilizing the price of basic goods,” Agus said. “The inflation monitoring team has been working effectively.”
Booming ? (Image by Stenly Lam at Flickr)
Inflation stood at 6 percent in 2007, 11 percent in 2008, 2 percent in 2009 and 6 percent last year.
Maringan Pangaribuan, who sits on the economic committee at City Council, said a community economic empowerment program launched by the city in 2007 had been a success.
“I am proud that economic growth in Jakarta is constantly improving,” he said. “But to ensure that this growth can be sustained, the Jakarta administration should increase its support for the microeconomy, especially for the city’s small- and medium-sized businesses.”
Also released on Wednesday by the BPS were statistics on the arrival of foreign tourists to Jakarta in August.
They showed that arrivals from majority Muslim nations experienced a 50 percent decline during the month, which was attributed to Ramadan.
This contributed to an overall decline in overseas arrivals of 28 percent, from 205,861 in July to 147,999 in August.
“The decline in August was due to Muslims all over the world observing the fasting month,” the BPS’ Agus said.
The drop in the number of visitors from Saudi Arabia was the most dramatic, he added.
During August, the top source countries for visitors to Jakarta were Japan (16,092 visitors), China (15,537), Malaysia (12,868), Singapore (10,822), South Korea (7,003), Australia (5,822), the Netherlands (5,786), the United States (5,710), India (4,531) and the Philippines (4,413).
Ramadan’s impact on Saudi visitors kept the Gulf kingdom from its usual place among the top 10.
Arie Budhiman, head of the Jakarta Tourism and Cultural Agency, said he was confident the number of foreign tourists would bounce back during the last three months of the year.
“We’re expecting a rebound because the last three months cover all the end of year holidays, including Christmas and the New Year. Usually, there is an increase
News source: The Jakarta Globe

Indonesia Kreatif


Macan Pertumbuhan Bernama Kreatifitas

Macan Pertumbuhan Bernama Kreatifitas
Gonjang ganjing kasus korupsi Nazarudin, Surat Palsu KPU, Banggar DPR melawan KPK, kekalahan berturut-turut PSSI, reshuffle kabinet dsb seperti menguras energi anak bangsa ini dan melupakan tantangan bangsa kedepan dibidang lainnya dalam hal ini ekonomi. Bukannya hal-hal tersebut tidak penting; itu penting dalam rangka penegakan hukum dan upaya clean government dan goog governance; namun juga tidak boleh dilupakan adalah upaya misalnya mengentaskan kemiskinan dan dan daya tahan perekonomian Indonesia kedepan. Penulis tertarik untuk membahas salah satu aspek dalam kehidupan ekonomi yaitu masalah pentingnya ekonomi kreatif dan industri kreatif yang nampaknya semua orang pada lupa dikarenakan persoalan-persoalan diatas; padahal sector ini dapat dijadikan andalan mengentaskan kemiskinan di negeri ini.
Istilah industri kreatif pertama kali dipakai oleh Partai Buruh di Ingrris pada tahun 1997. Dalam beberapa tahunnya analisa dampak dari indutri ini pada perekonomian Inggris dilakukan, misalnya industri ini pada tahun 2000 telah menyumbang sekitar 7,9% penerimaan nasionalnya dan menyerap banyak tenaga kerja. John Howkins dari Inggris juga yang memperkenalkan ekonomi kreatif ini dalam bukunya “Creative Economy How People Make Money from Ideas”. Dia menyebutkan bahwa ekonomi kreatif adalah suatu aktivitas penciptaan dimana inputnya adalah Gagasan dan ouputnya juga sebuah Gagasan. Ekonomi kreatif adalah transaksi dan hasil kreasi produk-produk kreatif yang muncul dari sebuah gagasan.
(image by the italian voice at Flickr)
Di Indonesia masalah ini mulai santer dibicarakan pada awal tahun 2006; dan menteri Perdagangan Mari Pangestu pada tahun itu membuat blue print bagaimana mendayagunakan ekonomi kreatif ini di Indonesia yang bertujuan salah satunya untuk meningkatkan daya saing Indonesia di pasar global. Menurut menteri Mari Pangestu sector indusri kreatif itu di Indonesia meliputi: Jasa periklanan; Arsitektur; Seni Rupa; Kerajinan; Desain; Mode (fashion); Film; Musik; Seni Pertunjukan; Penerbitan; RIset dan Pengembangan; Software; TV dan Radio dan Video Game.
Dinegara-negra maju sumbangan industri kreatif itu pada PDB (Produk Domestik Bruto) nya cukup signifikan. Misalnya pada tahun 2000 sektor ini menyumbang 3% di PDBnya, Amerika dan Ingrris sekitar 5%-8%; dan di Amerika sector ini berhasil menyerap 30% penduduknya untuk bekerja. Temuan Deperindag Indonesia pada tahun 2006 menunjukkan bahwa industry kreatif ini menyumbang sekitar 5,7% PDB, menyerap tenaga kerga sekitar 4,9 juta orang yang bekerja di sekitar 2.000 lebih perusahaan dan nilai ekspornya bisa mencapai Rp 81 milyar lebih.
Negeri kaya gagasan
Mungkin presiden SBY ketika menyatakan bahwa ekonomi kreatif ini merupakan ekonomi gelombang ke-empat terinspirasi oleh teori Alvin Tovler tentang gelombang peradaban manusia dari gelombang pertama ekonomi pertanian, kedua ekonomi industri, ketiga ekonomi informasi. Saat ini ketika persaingan di era globalisasi yang ketat dan kompleks ini negara-negara didunia ditantang untuk masuk pada ekonomi gelombang keempat yang oleh banyak pakar disebut sebagai knowledge based economy atau ekonomi yang berbasis kreativitas. Negara-negara maju yang tidak memiliki sumber daya alam yang besar seperti Indonesia telah membuktikan sejak lama bahwa gagasan atau ide cemerlanglah yang sanggup menguasai dunia. Jepang dan Swis misalkan ide-ide kreatif dari manusia-manusianyalah yang mampu menciptakan produk-produk yang bersifat global. Jepang telah mengimplementasikan definisi Kreatif secara nyata. Kreativitas atau Creativity ada yang mendefinisikan sebagai developing something new that never existed before. Creativity atau Kreativitas itu bisa dalam bentuk Innovation – menemukan sesuatu yang baru; synthesizing –menggabungkan sesuatu dan modification –merubah sesuatu menjadi baru. Jepang berhasil melakukan itu semua.
Tidak kalah serunya dengan Jepang ini seorang mahasiswa dari Munich University of Applied Science bernama Slavche Tanevsky merancang konsep Lamborghini Madura. Dia memakai nama Madura pada mobil mewah dan ramping ini sebagai nama Lamborghini baru yang akan diluncurkan pada 2016 nanti. Dia menemukan kata Madura dari internet ketika dia ingin mencari kata banteng. Kemudian dia menemukan karapan sapi dan itu di Madura. Karakter Madura yang cepat dan straight forward itulah yang memunculkan ide kreatifnya membuat konsep mobil mewah ini. Inilah yang disebut gagasan dalam ekonomi kreatif itu.
Batik-ing in Java (Image by anmsid at Flickr)
Indonesia sebenarnya tidak kalah dengan negara-negara lain karena negeri ini memiliki banyak anak bangsa yang memiliki gagasan atau ide yang cemerlang. Arsitektur Borobudur dan Batik adalah bukti bahwa bangsa ini sudah lama memiliki gagasan cemerlang yang masuk katagori industry kreatif ini. Anak-anak Indonesia juga berhasil sebagai pemenang dalam berbagai lomba kreativitas mulai dari seni sampai robot. Tari Bali dan Jawa dan seni tari dari berbagai suku bangsa di Indonesia ini adalah gambaran betapa gagasan atau ide kreatif anak bangsa ini sudah lama ada.
Sayangnya
Sayangnya di Indonesia ini kaya akan policy atau kebijakan tapi miskin implementasi. Seringkali kita menyaksikan ide-ide yang nampak bagus misalnya saja ide pembangunan infrastruktur atau keinginan membuat pasar produk agro industry yang terbesar di Asia dsb, ujug-ujug atau tiba-tiba plus tidak ada kabarnya. Sayangnya semua gagasan yang nampak cemerlang itu tidak terintegrasi. Misalnya gagasan meningkatkan sector agro industri tidak dibarengi dengan insentif pihak industry perbankan dan tidak adanya infrastruktur yang cukup. Di propinsi-proinsi Indonesia diluar Jawa anak-anak bangsa yang memiliki gagasan kreatif akan sulit berkembang bila listriknya mati setiap hari dua kali. Integrasi policy juga miskin; kawasan wisata yang penuh dengan kekayaan budaya tidak dibarengi dengan dibangunnya terminal atau stasiun KA dan bis. Tidak perlu mencontoh negara-negara maju yang jauh; Singapura dalam membangun stasiun MRT nya selalu dekat dengan tempat –tempat wisata atau bisnis. Ada keterkaitan antara city planning dan economic planning nya. Di negara-negara lain juga seperti itu. Penulis sering menanyakan pada mahasiswa sebuah pertanyaan: apabila ada turis di suatu tempat bertanya bagaimana menuju kawasan industry tas kulit misalnyan. Jawabannya: naik taxi atau angkot, setelah itu tanya pada tukang becak dimana pusat industi tas itu. Apabila hal-hal seperti ini tidak direnungkan maka sampai kapanpun Indonesia tetap berbahagia sebagai konsumen produk kreatif dan bukan sebagai pencipta.
Sayangnya insentif bagi anak bangsa yang menciptakan produk kreatif masih sedikit. Di Singapura pemerintahnya memberikan insentif S$ 20,000 pada setiap pembuat proposal pembuatan film independen. Negara-negara lain juga sangat getol memberika insentif bagi orang-orang pinternya supaya tidak meninggalkan negara. Pada acara Kick Andy di Metro TV kita pernah menyaksikan adanya orang-orang muda pinter – professor yang bekerja di luar negeri dengan gaji besar karena trauma pulang ketanah air tidak mendapatkan apa-apa. Kalau tidak salah anak muda yg bernama Dr. Reza yang diwawancarai Andy mengatakan bahwa ketika dia pulang ke tanah air dari Belanda setelah lulus S3 nya; mengajukan 50 lamaran ke berbagai perusahaan termasuk perusahaan sabun. Tapi di tolak semua. Dan kini dia menjadi orang penting di perusahaan raksasa di Eropa. Ketika ditanya apakah tidak punya nasionalisme dengan tidak mau pulang. Dia menjawab masih memiliki nasionalisme itu tapi untuk pulang tunggu dulu karena dia punya trauma yang menyakitkan ketika lamarannya ditolak

Steven Jobs Share about success

ENTREPREURS :D

Sunday, October 9, 2011

steven Jobs

terjemahan pidato steven jobs


Terjemahan pidato Steve Jobs saat Wisuda Stanford

Steve Jobs sosok fenomenal yang luar biasa, beliau mengalami perjalanan bisnis dan hidup yang luar biasa. Setelah mendirikan Apple Computer, namun kemudian ditendang dari kursi CEO oleh Dewan Direksi. Sungguh pahit rasanya jika kita melahirkan sesuatu kemudian kita dipisahkan darinya. Namun ia bangkit dan membalikkan situasi. Ia membangun NEXT, yang kemudian disusul dengan perusahaan lain yakni Pixar yang melahirkan film animasi komputer pertama di dunia. Ia akhirnya berhasil kembali ke Apple melalui melalui proses akuisisi Apple terhadap Next. Kini, di tangannya kembali, Apple menggegerkan dunia dengan inovasi iPod yang mengalahkan kepoluleran Walkman Sony.
Ketika lahir, ibunya memutuskan untuk menyerahkannya ke orang lain. Ia tak pernah lulus kuliah. Ia pun pernah divonis mati karena kanker pankreas. Namun ia bisa melewati semua itu dengan baik.
Saat diundang ke Universitas Stanford, beliau memberikan pidato yang sangat luar biasa mengenai tiga hal. Dengan bahasa yang indah, lembut, terstruktur, penuh dengan kedalaman filosofi namun mencuatkan semangat hidup, ia menginspirasi banyak mahasiswa di sana.
Terjemahan pidato Steve Jobs saat Wisuda Stanford
Saya merasa bangga di tengah-tengah Anda sekarang, yang akan segera lulus dari salah satu universitas terbaik di dunia. Saya tidak pernah selesai kuliah. Sejujurnya, baru saat inilah saya merasakan suasana wisuda. Hari ini saya akan menyampaikan tiga cerita pengalaman hidup saya. Ya, tidak perlu banyak. Cukup tiga.
Cerita Pertama: Menghubungkan Titik-Titik.
Saya drop out (DO) dari Reed College setelah semester pertama, namun saya tetap berkutat di situ sampai 18 bulan kemudian, sebelum betul-betul putus kuliah. Mengapa saya DO?
Kisahnya dimulai sebelum saya lahir. Ibu kandung saya adalah mahasiswi belia yang hamil karena “kecelakaan” dan memberikan saya kepada seseorang untuk diadopsi. Dia bertekad bahwa saya harus diadopsi oleh keluarga sarjana, maka saya pun diperjanjikan untuk dipungut anak semenjak lahir oleh seorang pengacara dan istrinya. Sialnya, begitu saya lahir, tiba-tiba mereka berubah pikiran karena ingin bayi perempuan. Maka orang tua saya sekarang, yang ada di daftar urut berikutnya, mendapatkan telepon larut malam dari seseorang: “kami punya bayi laki-laki yang batal dipungut; apakah Anda berminat? Mereka menjawab: “Tentu saja.” Ibu kandung saya lalu mengetahui bahwa ibu angkat saya tidak pernah lulus kuliah dan ayah angkat saya bahkan tidak tamat SMA. Dia menolak menandatangani perjanjian adopsi. Sikapnya baru melunak beberapa bulan kemudian, setelah orang tua saya berjanji akan menyekolahkan saya sampai perguruan tinggi.
Dan, 17 tahun kemudian saya betul-betul kuliah. Namun, dengan naifnya saya memilih universitas yang hampir sama mahalnya dengan Stanford, sehingga seluruh tabungan orang tua saya– yang hanya pegawai rendahan– habis untuk biaya kuliah. Setelah enam bulan, saya tidak melihat manfaatnya. Saya tidak tahu apa yang harus saya lakukan dalam hidup saya dan bagaimana kuliah akan membantu saya menemukannya. Saya sudah menghabiskan seluruh tabungan yang dikumpulkan orang tua saya seumur hidup mereka. Maka, saya pun memutuskan berhenti kuliah, yakin bahwa itu yang terbaik. Saat itu rasanya menakutkan, namun sekarang saya menganggapnya sebagai keputusan terbaik yang pernah saya ambil.
Begitu DO, saya langsung berhenti mengambil kelas wajib yang tidak saya minati dan mulai mengikuti perkuliahan yang saya sukai.
Masa-masa itu tidak selalu menyenangkan. Saya tidak punya kamar kos sehingga nebeng tidur di lantai kamar teman-teman saya. Saya mengembalikan botol Coca-Cola agar dapat pengembalian 5 sen untuk membeli makanan. Saya berjalan 7 mil melintasi kota setiap Minggu malam untuk mendapat makanan enak di biara Hare Krishna. Saya menikmatinya. Dan banyak yang saya temui saat itu karena mengikuti rasa ingin tahu dan intuisi, ternyata kemudian sangat berharga. Saya beri Anda satu contoh:
Reed College mungkin waktu itu adalah yang terbaik di AS dalam hal kaligrafi. Di seluruh penjuru kampus, setiap poster, label, dan petunjuk ditulis tangan dengan sangat indahnya. Karena sudah DO, saya tidak harus mengikuti perkuliahan normal. Saya memutuskan mengikuti kelas kaligrafi guna mempelajarinya. Saya belajar jenis-jenis huruf serif dan san serif, membuat variasi spasi antar kombinasi kata dan kiat membuat tipografi yang hebat. Semua itu merupakan kombinasi cita rasa keindahan, sejarah dan seni yang tidak dapat ditangkap melalui sains. Sangat menakjubkan.
Saat itu sama sekali tidak terlihat manfaat kaligrafi bagi kehidupan saya. Namun sepuluh tahun kemudian, ketika kami mendisain komputer Macintosh yang pertama, ilmu itu sangat bermanfaat. Mac adalah komputer pertama yang bertipografi cantik. Seandainya saya tidak DO dan mengambil kelas kaligrafi, Mac tidak akan memiliki sedemikian banyak huruf yang beragam bentuk dan proporsinya. Dan karena Windows menjiplak Mac, maka tidak ada PC yang seperti itu. Andaikata saya tidak DO, saya tidak berkesempatan mengambil kelas kaligrafi, dan PC tidak memiliki tipografi yang indah. Tentu saja, tidak mungkin merangkai cerita seperti itu sewaktu saya masih kuliah. Namun, sepuluh tahun kemudian segala sesuatunya menjadi gamblang.
Sekali lagi, Anda tidak akan dapat merangkai titik dengan melihat ke depan; Anda hanya bisa melakukannya dengan merenung ke belakang. Jadi, Anda harus percaya bahwa titik-titik Anda bagaimana pun akan terangkai di masa mendatang. Anda harus percaya dengan intuisi, takdir, jalan hidup, karma Anda, atau istilah apa pun lainnya. Pendekatan ini efektif dan membuat banyak perbedaan dalam kehidupan saya.
Cerita Kedua Saya: Cinta dan Kehilangan.
Saya beruntung karena tahu apa yang saya sukai sejak masih muda. Woz dan saya mengawali Apple di garasi orang tua saya ketika saya berumur 20 tahun. Kami bekerja keras dan dalam 10 tahun Apple berkembang dari hanya kami berdua menjadi perusahaan 2 milyar dolar dengan 4000 karyawan. Kami baru meluncurkan produk terbaik kami–Macintosh–satu tahun sebelumnya, dan saya baru menginjak usia 30. Dan saya dipecat. Bagaimana mungkin Anda dipecat oleh perusahaan yang Anda dirikan? Yah, itulah yang terjadi. Seiring pertumbuhan Apple, kami merekrut orang yang saya pikir sangat berkompeten untuk menjalankan perusahaan bersama saya. Dalam satu tahun pertama,semua berjalan lancar. Namun, kemudian muncul perbedaan dalam visi kami mengenai masa depan dan kami sulit disatukan. Komisaris ternyata berpihak padanya. Demikianlah, di usia 30 saya tertendang. Beritanya ada di mana-mana. Apa yang menjadi fokus sepanjang masa dewasa saya, tiba-tiba sirna. Sungguh menyakitkan.
Dalam beberapa bulan kemudian, saya tidak tahu apa yang harus saya lakukan. Saya merasa telah mengecewakan banyak wirausahawan generasi sebelumnya –saya gagal mengambil kesempatan. Saya bertemu dengan David Packard dan Bob Noyce dan meminta maaf atas keterpurukan saya. Saya menjadi tokoh publik yang gagal, dan bahkan berpikir untuk lari dari Silicon Valley. Namun, sedikit demi sedikit semangat timbul kembali– saya masih menyukai pekerjaan saya. Apa yang terjadi di Apple sedikit pun tidak mengubah saya. Saya telah ditolak, namun saya tetap cinta. Maka, saya putuskan untuk mulai lagi dari awal.
Waktu itu saya tidak melihatnya, namun belakangan baru saya sadari bahwa dipecat dari Apple adalah kejadian terbaik yang menimpa saya. Beban berat sebagai orang sukses tergantikan oleh keleluasaan sebagai pemula, segala sesuatunya lebih tidak jelas. Hal itu mengantarkan saya pada periode paling kreatif dalam hidup saya.
Dalam lima tahun berikutnya, saya mendirikan perusahaan bernama NeXT, lalu Pixar, dan jatuh cinta dengan wanita istimewa yang kemudian menjadi istri saya. Pixar bertumbuh menjadi perusahaan yang menciptakan film animasi komputer pertama, Toy Story, dan sekarang merupakan studio animasi paling sukses di dunia. Melalui rangkaian peristiwa yang menakjubkan, Apple membeli NeXT, dan saya kembali lagi ke Apple, dan teknologi yang kami kembangkan di NeXT menjadi jantung bagi kebangkitan kembali Apple. Dan, Laurene dan saya memiliki keluarga yang luar biasa.
Saya yakin takdir di atas tidak terjadi bila saya tidak dipecat dari Apple. Obatnya memang pahit, namun sebagai pasien saya memerlukannya. Kadangkala kehidupan menimpakan batu ke kepala Anda. Jangan kehilangan kepercayaan. Saya yakin bahwa satu-satunya yang membuat saya terus berusaha adalah karena saya menyukai apa yang saya lakukan. Anda harus menemukan apa yang Anda sukai. Itu berlaku baik untuk pekerjaan maupun pasangan hidup Anda. Pekerjaan Anda akan menghabiskan sebagian besar hidup Anda, dan kepuasan sejati hanya dapat diraih dengan mengerjakan sesuatu yang hebat. Dan Anda hanya bisa hebat bila mengerjakan apa yang Anda sukai. Bila Anda belum menemukannya, teruslah mencari. Jangan menyerah. Hati Anda akan mengatakan bila Anda telah menemukannya. Sebagaimana halnya dengan hubungan hebat lainnya, semakin lama- semakin mesra Anda dengannya. Jadi, teruslah mencari sampai ketemu. Jangan berhenti. (bersambung…)
Cerita Ketiga Saya: Kematian
Ketika saya berumur 17, saya membaca ungkapan yang kurang lebih berbunyi: “Bila kamu menjalani hidup seolah-olah hari itu adalah hari terakhirmu, maka suatu hari kamu akan benar.” Ungkapan itu membekas dalam diri saya, dan semenjak saat itu, selama 33 tahun terakhir, saya selalu melihat ke cermin setiap pagi dan bertanya kepada diri sendiri: “Bila ini adalah hari terakhir saya, apakah saya tetap melakukan apa yang akan saya lakukan hari ini?” Bila jawabannya selalu “tidak” dalam beberapa hari berturut-turut, saya tahu saya harus berubah.
Mengingat bahwa saya akan segera mati adalah kiat penting yang saya temukan untuk membantu membuat keputusan besar. Karena hampir segala sesuatu–semua harapan eksternal, kebanggaan, takhut malu atau gagal–tidak lagi bermanfaat saat menghadapi kematian. Hanya yang hakiki yang tetap ada. Mengingat kematian adalah cara terbaik yang saya tahu untuk menghindari jebakan berpikir bahwa Anda akan kehilangan sesuatu. Anda tidak memiliki apa-apa. Sama sekali tidak ada alasan untuk tidak mengikuti kata hati Anda.
Sekitar setahun yang lalu saya didiagnosis mengidap kanker. Saya menjalani scan pukul 7:30 pagi dan hasilnya jelas menunjukkan saya memiliki tumor pankreas. Saya bahkan tidak tahu apa itu pankreas. Para dokter mengatakan kepada saya bahwa hampir pasti jenisnya adalah yang tidak dapat diobati. Harapan hidup saya tidak lebih dari 3-6 bulan. Dokter menyarankan saya pulang ke rumah dan membereskan segala sesuatunya, yang merupakan sinyal dokter agar saya bersiap mati. Artinya, Anda harus menyampaikan kepada anak Anda dalam beberapa menit segala hal yang Anda rencanakan dalam sepuluh tahun mendatang. Artinya, memastikan bahwa segalanya diatur agar mudah bagi keluarga Anda. Artinya, Anda harus mengucapkan selamat tinggal.
Sepanjang hari itu saya menjalani hidup berdasarkan diagnosis tersebut. Malam harinya, mereka memasukkan endoskopi ke tenggorokan, lalu ke perut dan lambung, memasukkan jarum ke pankreas saya dan mengambil beberapa sel tumor. Saya dibius, namun istri saya, yang ada di sana, mengatakan bahwa ketika melihat selnya di bawah mikroskop, para dokter menangis mengetahui bahwa jenisnya adalah kanker pankreas yang sangat jarang, namun bisa diatasi dengan operasi. Saya dioperasi dan sehat sampai sekarang.
Itu adalah rekor terdekat saya dengan kematian dan berharap terus begitu hingga beberapa dekade lagi. Setelah melalui pengalaman tersebut, sekarang saya bisa katakan dengan yakin kepada Anda bahwa menurut konsep pikiran, kematian adalah hal yang berguna:
Tidak ada orang yang ingin mati. Bahkan orang yang ingin masuk surga pun tidak ingin mati dulu untuk mencapainya. Namun, kematian pasti menghampiri kita. Tidak ada yang bisa mengelak. Dan, memang harus demikian, karena kematian adalah buah terbaik dari kehidupan. Kematian membuat hidup berputar. Dengannya maka yang tua menyingkir untuk digantikan yang muda. Maaf bila terlalu dramatis menyampaikannya, namun memang begitu.
Waktu Anda terbatas, jadi jangan sia-siakan dengan menjalani hidup orang lain. Jangan terperangkap dengan dogma–yaitu hidup bersandar pada hasil pemikiran orang lain. Jangan biarkan omongan orang menulikan Anda sehingga tidak mendengar kata hati Anda. Dan yang terpenting, miliki keberanian untuk mengikuti kata hati dan intuisi Anda, maka Anda pun akan sampai pada apa yang Anda inginkan. Semua hal lainnya hanya nomor dua.
Ketika saya masih muda, ada satu penerbitan hebat yang bernama “The Whole Earth Catalog”, yang menjadi salah satu buku pintar generasi saya. Buku itu diciptakan oleh seorang bernama Stewart Brand yang tinggal tidak jauh dari sini di Menlo Park, dan dia membuatnya sedemikian menarik dengan sentuhan puitisnya. Waktu itu akhir 1960-an, sebelum era komputer dan desktop publishing, jadi semuanya dibuat dengan mesin tik, gunting, dan kamera polaroid. Mungkin seperti Google dalam bentuk kertas, 35 tahun sebelum kelahiran Google: isinya padat dengan tips-tips ideal dan ungkapan-ungkapan hebat.
Stewart dan timnya sempat menerbitkan beberapa edisi “The Whole Earth Catalog”, dan ketika mencapai titik ajalnya, mereka membuat edisi terakhir. Saat itu pertengahan 1970-an dan saya masih seusia Anda. Di sampul belakang edisi terakhir itu ada satu foto jalan pedesaan di pagi hari, jenis yang mungkin Anda lalui jika suka bertualang. Di bawahnya ada kata-kata: “Stay Hungry. Stay Foolish.” (Jangan Pernah Puas. Selalu Merasa Bodoh). Itulah pesan perpisahan yang dibubuhi tanda tangan mereka. Stay Hungry. Stay Foolish. Saya selalu mengharapkan diri saya begitu. Dan sekarang, karena Anda akan lulus untuk memulai kehidupan baru, saya harapkan Anda juga begitu.
Stay Hungry. Stay Foolish.
Sumber : Catatan Mas Idham Ananta (trims atas sharenya mas)